psht

psht
persaudaraan setia hati terate

Minggu, 11 Maret 2012

kebersamaan PSHT dan PSH tunas muda


Kita cukup mengenal dengan perseteruan-persetueruan tak beralasan antara generasi muda Persaudaraan Setia Hati Terate dengan Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo. Dalam acara yang cukup ramah dan simpatik inilah masing-masing ketua dari 2 Perguruan besar duduk bersama. Keihklasan untuk bisa saling menerima perbedaan adalah suatu hal yang mudah, bila kita mempunyai hati yang putih, suci dan niat bersih untuk perdamaian. Kenapa kita harus “berkelahi” bila harus mendapatkan pengakuan ?
2 Pemimpin Perguruan besar memberikan simbolisasi Persatuan dan Perdamaian dengan saling menggenggam kedua tangan mereka. Ternyata, masyarakat (anggota dari 2 perguruan besar) masih perlu simbolisasi dari pemimpin mereka untuk bisa berubah. Semoga saja Tuhan YME memberikan para anggota dan simpatisan suasana kedamaian di hatinya masing-masing. Amin.

Semakin makmur para masyarakat karena kebutuhan dasar sudah mencukupi, maka mereka akan semakin damai. Tetapi kenapa meski anggota dari 2 Perguruan besar itu sudah kenyang dengan makanan tetap saja “berkelahi”?. Semoga simbolisasi Tumpengan ini bisa memberi berkah bagi kedua Perguruan besar ini. Amin.

sejarah PSHT

Gerak Langkah Pendekar Pilangbangau – Sebuah catatan Sejarah Persaudaraan Setia Hati Terate



Manusia dapat dihancurkan
Manusia dapat dimatikan
akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan
selama manusia itu setia pada hatinya
atau ber-SH pada dirinya sendiri

Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate itu ternyata sampai sekarang tetap bergaung dan berhasil melambungkan PSHT sebagai sebuah organisasi yang berpangkal pada “persaudaraan” yang kekal dan abadi.
Adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, lelaki kelahiran Madiun pada tahun 1890. Karena ketekunannya mengabdi pada gurunya, yakni Ki Ngabehi Soerodiwiryo, terakhir ia pun mendapatkan kasih berlebih dan berhasil menguasai hampir seluruh ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang predikat pendekar tingkat III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH). Itu terjadi di desa Winongo saat bangsa Belanda mencengkeramkan kuku jajahannya di Indonesia.
Sebagai seorang pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan luhur untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Untuk kebaikan sesama. Untuk keselamatan sesama. Untuk keselamatan dunia. Tapi jalan yang dirintis ternyata tidak semulus harapannya. Jalan itu berkelok penuh dengan aral rintangan. Terlebih saat itu jaman penjajahan. Ya, sampai Ki Hadjar sendiri terpaksa harus magang menjadi guru pada sekolah dasar di benteng Madiun, sesuai beliau menamatkan bangku sekolahnya. Tidak betah menjadi guru, Ki Hadjar beralih profesi sebagai Leerling Reambate di SS (PJKA/Kereta Api Indonesia saat ini – red) Bondowoso, Panarukan, dan Tapen.
Memasuki tahun 1906 terdorong oleh semangat pemberontakannya terhadap Negara Belanda – karena atasan beliau saat itu banyak yang asli Belanda -, Ki Hadjar keluar lagi dan melamar jadi mantri di pasar Spoor Madiun. Empat bulan berikutnya ia ditempatkan di Mlilir dan berhasil diangkat menjadi Ajund Opsioner pasar Mlilir, Dolopo, Uteran dan Pagotan.
Tapi lagi-lagi Ki Hadjar didera oleh semangat berontakannya. Menginjak tahun 1916 ia beralih profesi lagi dan bekerja di Pabrik gula Rejo Agung Madiun. Disinipun Ki Hadjar hanya betah untuk sementara waktu. Tahun 1917 ia keluar lagi dan bekerja di rumah gadai, hingga beliau bertemu dengan seorang tetua dari Tuban yang kemudian memberi pekerjaan kepadanya di stasion Madiun sebagai pekerja harian.
Dalam catatan acak yang berhasil dihimpun, di tempat barunya ini Ki Hadjar berhasil mendirikan perkumpulan “Harta Jaya” semacam perkumpulan koperasi guna melindungi kaumnya dari tindasan lintah darat. Tidak lama kemudian ketika VSTP (Persatuan Pegawai Kereta Api) lahir, nasib membawanya ke arah keberuntungan dan beliau diangkat menjadi Hoof Komisaris Madiun.
Senada dengan kedudukan yang disandangnya, kehidupannya pun bertambah membaik. Waktunya tidak sesempit seperti dulu-dulu lagi, saat beliau belum mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dalam kesenggangan waktu yang dimiliki, Ki Hadjar berusaha menambah ilmunya dan nyantrik pada Ki Ngabehi Soerodiwiryo.
Data yang cukup bisa dipertanggungjawabkan menyebutkan dalam tahun-tahun inilah Setia Hati (SH) mulai disebut-sebut untuk mengganti nama dari sebuah perkumpulan silat yang semula bernama “Djojo Gendilo Cipto Mulyo”.
Masuk Sarikat Islam.
Memasuki tahun 1922, jiwa pemberontakan Ki Hadjar membara lagi dan beliau bergabung dengan Sarikat Islam (SI), untuk bersama-sama mengusir negara penjajah, malah beliau sendiri sempat ditunjuk sebagai pengurus. Sedangkan di waktu senggang, ia tetap mendarmakan ilmunya dan berhasil mendirikan perguruan silat yang diberi nama SH Pencak Spor Club. Tepatnya di desa Pilangbangau – Kodya Madiun Jawa Timur, kendati tidak berjalan lama karena tercium Belanda dan dibubarkan.
Namun demikian semangat Ki Hadjar bukannya nglokro (melemah), tapi malah semakin berkobar-kobar. Kebenciannya kepada negara penjajah kian hari kian bertambah. Tipu muslihatpun dijalankan. Untuk mengelabuhi Belanda, SH Pencak Sport Club yang dibubarkan Belanda, diam-diam dirintis kembali dengan siasat menghilangkan kata “Pencak” hingga tinggal “SH Sport Club”. Rupanya nasib baik berpihak kepada Ki Hadjar. Muslihat yang dijalankan berhasil, terbukti Belanda membiarkan kegiatannya itu berjalan sampai beliau berhasil melahirkan murid pertamanya yakni, Idris dari Dandang Jati Loceret Nganjuk, lalu Mujini, Jayapana dan masih banyak lagi yang tersebar sampai Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo dan Yogyakarta.
Ditangkap Belanda.
Demikianlah, hingga bertambah hari, bulan dan tahun, murid-murid Ki Hadjar pun kian bertambah. Kesempatan ini digunakan oleh Ki Hadjar guna memperkokoh perlawanannya dalam menentang penjajah Belanda. Sayang, pada tahun 1925 Belanda mencium jejaknya dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo ditangkap lalu dimasukkan dalam penjara Madiun.
Pupuskah semangat beliau ? Ternyata tidak. Bahkan semakin menggelegak. Dengan diam-diam beliau berusaha membujuk rekan senasib yang ditahan di penjara untuk mengadakan pemberontakan lagi. Sayangnya sebelum berhasil, lagi-lagi Belanda mencium gelagatnya. Untuk tindakan pengamanan, Ki Hadjar pun dipindah ke penjara Cipinang dan seterusnya dipindah di penjara Padang Panjang Sumatera. Ki Hadjar baru bisa menghirup udara kebebasan setelah lima tahun mendekam di penjara dan kembali lagi ke kampung halamannya, yakni Pilangbangau, Madiun.
Selang beberapa bulan, setelah beliau menghirup udara kebebasan dan kembali ke kampung halaman, kegiatan yang sempat macet, mulai digalakan lagi. Dengan tertatih beliau terus memacu semangat dan mengembangkan sayapnya. Memasuki tahun 1942 bertepatan dengan datangnya Jepang ke Indonesia SH Pemuda Sport Club diganti nama menjadi “SH Terate”. Konon nama ini diambil setelah Ki Hadjar mempertimbangkan inisiatif dari salah seorang muridnya Soeratno Soerengpati. Beliau merupakan salah seorang tokoh Indonesia Muda.
Selang enam tahun kemudian yaitu tahun 1948 SH Terate mulai berkembang merambah ke segenap penjuru. Ajaran SH Terate pun mulai dikenal oleh masyarakat luas. Dan jaman kesengsaraanpun sudah berganti. Proklamasi kemerdekaan RI yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta dalam tempo singkat telah membawa perubahan besar dalam segala aspek kehidupan. Termasuk juga didalamnya, kebebasan untuk bertindak dan berpendapat. Atas prakarsa Soetomo Mangku Negoro, Darsono, serta saudara seperguruan lainnya diadakan konferensi di Pilangbangau (di rumah Alm Ki Hadjar Hardjo Oetomo). Dari konferensi itu lahirlah ide-ide yang cukup bagus, yakni SH Terate yang semenjak berdirinya berstatus “Perguruan Pencak Silat” dirubah menjadi organisasi “Persaudaraan Setia Hati Terate”. Selanjutnya Soetomo Mangkudjajo diangkat menjadi ketuanya dan Darsono menjadi wakil ketua.
Tahun 1950, karena Soetomo Mangkudjojo pindah ke Surabaya, maka ketuanya diambil alih oleh Irsad. Pada tahun ini pula Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah seorang tokoh pendiri PSHT, mendapatkan pengakuan dari pemerintah Pusat dan ditetapkan sebagai “Pahlawan Perintis Kemerdekaan” atas jasa-jasa beliau dalam perjuangan menentang penjajah Belanda.

Sabtu, 10 Maret 2012

pengertian pencak silat


Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Nusantara.Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi.Biasanya setiap daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran Merpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran Perisai Diri.Setiap empat tahun di Indonesia ada pertandingan pencak silat tingkat nasional dalam Pekan Olahraga Nasional. Pencak silat juga dipertandingkan dalam SEA Games sejak tahun 1987. Di luar Indonesia juga ada banyak penggemar pencak silat seperti di Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika. Di tingkat nasional olahraga melalui permainan dan olahraga pencak silat menjadi salah satu alat pemersatu nusantara, bahkan untuk mengharumkan nama bangsa, dan menjadi identitas bangsa.[2] Olahraga pencak silat sudah dipertandingkan di skala internasional.
Istilah dalam Pencak Silat
  • Kuda-kuda: adalah posisi menapak kaki untuk memperkokoh posisi tubuh. Kuda-kuda yang kuat dan kokoh penting untuk mempertahankan posisi tubuh agar tidak mudah dijatuhkan. Kuda-kuda juga penting untuk menahan dorongan atau menjadi dasar titik tolak serangan (tendangan atau pukulan).
  • Sikap dan Gerak: Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat.
  • Langkah: Ciri khas dari Silat adalah penggunaan langkah. Langkah ini penting di dalam permainan silat yang baik dan benar. Ada beberapa pola langkah yang dikenali, contohnya langkah tiga dan langkah empat.
  • Kembangan: adalah gerakan tangan dan sikap tubuh yang dilakukan sambil memperhatikan, mewaspadai gerak-gerik musuh, sekaligus mengintai celah pertahanan musuh. Kembangan utama biasanya dilakukan pada awal laga dan dapat bersifat mengantisipasi serangan atau mengelabui musuh. Seringkali gerakan kembangan silat menyerupai tarian atau dalam maenpo Sunda menyerupai ngibing (berjoget). Kembangan adalah salah satu bagian penilaian utama dalam seni pencak silat yang mengutamakan keindahan gerakan.
  • Buah: Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Secara tradisional istilah teknik ini dapat disamakan dengan buah. Pesilat biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.
  • Jurus: pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan teknik-teknik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.
  • Sapuan dan Guntingan: adalah salah satu jenis buah (teknik) menjatuhkan musuh dengan menyerang kuda-kuda musuh, yakni menendang dengan menyapu atau menjepit (menggunting) kaki musuh, sehingga musuh kehilangan keseimbangan dan jatuh.
  • Kuncian: adalah teknik untuk melumpuhkan lawan agar tidak berdaya, tidak dapat bergerak, atau untuk melucuti senjata musuh. Kuncian melibatkan gerakan menghindar, tipuan, dan gerakan cepat yang biasanya mengincar pergelangan tangan, lengan, leher, dagu, atau bahu musuh.
Aspek dan bentuk
Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
1.     Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.
2.     Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.
3.     Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
4.     Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu

persaudaraan setia hati terate

Sejarah Terbentuknya 10 Perguruan Besar


Pada tahun 1950 Pemerintahan Republik Indonesia berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta. Perpindahan tersebut diikuti dengan perpindahan kantor kementerian, kantor-kantor pemerintah dan pegawai-pegawainya.
Demikan pula Pengurus Besar IPSI secara de facto berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta, namun tidak semua anggota pengurus-pengurus Besar Ikata Pencak Silat Indonesia dapat ikut pindah ke Jakarta.
Manajemen dan Operasional PB IPSI pun melambat sedang sistem kendali terhadap Pencak Silat semakin menyusut.
Pada tahun 1950 tersebut Negara Republik Indonesia juga sedang dirongrong oleh gerakan separatis Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia ( DI/TII ) yang bermasud mendirikan Negara Islam Indonesia.
Untuk melawan DI/TII tersebut Panglima Teritorium III waktu itu, Kolonel (terakhir Letnan Jenderal) R.A. Kosasih dibantu Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) yang dimaksudkan untuk menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat untuk menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat (termasuk Jakarta), Jawa Tengah bagian Barat termasuk D.I. Yogyakarta.
Sesuai dengan wilayah pembinaannya, maka aliran Pencak Silat yamg termasuk PPSI ialah Perguruan Pencak Silat aliran Pasundan.
Sehingga timbulah dualisme dalam pembinaan, pengendalian Pencak Silat di Indonesia. Kebetulan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) lebih banyak melaksanakan pembinaan pada aspek Olah Raga, sedangkan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI) lebih banyak membina pada aspek seni pertunjukan (ibing Pencak Silat) dan Pencak Silat bela diri untuk melawan DI/TII.
Persatuan dan kesatuan jajaran Pencak Silat di Indonesia menjadi lebih terancam lagi dengan adanya Perguruan Pencak Silat yang mengembangkan Pencak Silat tersendiri di luar IPSI dan PPSI, misalnya Bapensi, Perpi, Silat Betawi, dll.
Sementara itu IPSI harus berjuang keras agar Pencak Silat dapat masuk sebagai acara pertandingan di Pekan Olahraga Nasional. Sedangkan PPSI pun setiap menjelang PON juga berusaha untuk memasukkan Pencak Silatnya agar dapat ikut PON. Namun Pemerintah, yang pada tahun 1948 ikut mendirikan IPSI, hanya mengenal IPSI Induk Organisasi Olah Raga pada tahun 1950 masih KOI dan PORI, tahun 1960-an menjadi KOGOR, menjelang Asian Games ke-IV/ 1962 di Jakarta KOGOR dibubarkan dibentuk DORI. KOGOR (Komando Gerakan Olah Raga), DORI (Dewan Olah Raga Indonesia).
DORI dipimpin secara ex officio oleh Presiden Soekarno dan Menteri Olah Raga Maladi. Bp. Maladi mantan Ketua Persatuan Sepak Bola Solo (PERSIS) mengetahui benar pembentukan IPSI pada tahun 1948, sehingga beliau juga menganggap IPSI sebagai satu-satunya induk Organisasi Cabang Olah Raga Pencak Silat.
Apalagi pada tahun 1969 tanggal 31 Desember IPSI ikut mendirikan Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) maka status keanggotaan IPSI di KONI adalah sebagai Pendiri menjadi lebih kokoh lagi.
Pada Era tahun 1960, PB IPSI membentuk Laboratorium Pencak Silat yang bertujuan agar dapat disusunnya suatu peraturan pertandingan Pencak Silat yang baku dan memenuhi kriteria suatu pertandingan olahraga, yang dapat dipertandingkan ditingkat Nasional.
Para Laborat, terdiri dari : Bp.Arwono Adji HK dari Perisai Diri, Bp. Januarno dan Bp. Imam Suyitno dari Setia Hati Terate, Bp. Moch Hadimulyo dibantu Dr. Rachmadi dan Dr. Djoko Waspodo dari KPS Nusantara. Sebagai informasi sebelumnya, sejak PON ke IV di Bandung, Pencak Silat hanya dipertandingkan dalam bentuk demonstrasi (eksebisi), dalam bentuk permainan tunggal (solospel) dan permainan ganda dan ini berlangsung sampai PON ke VII di Surabaya.
Menjelang Kongres IPSI ( Munas ) IPSI ke IV tahun 1973 beberapa tokoh Pencak Silat yang ada di Jakarta membantu PB IPSI untuk mencari calon Ketua Umum yang baru, karena Bp. Mr. Wongsonegoro pada saat itu sudah tua sekali.
Bp. Brigjen Tjokropranolo ( terakhir Letjen TNI ) yang pada saat itu menjabat selaku Gubernur DKI Jakarta, bersedia menjadi calon Ketua Umum PB IPSI.
Kemudian Bp. Tjokropranolo dibantu oleh Perguruan Pencak Silat antara lain : Dari Tapak Suci Bp. Tanamas, Bp. Haryadi Mawardi; Dari KPS Nusantara Bp. Moch Hadimulyo dibantu Bp. Sumarnohadi, Dr. Rachmadi, Dr. Djoko Waspodo; Dari Kelatnas Perisai Diri Bp. Arnowo Adji HK; Dari Phasadja Mataram Bp. KRT Sutardjonegoro; Dari Perpi Harimurti Bp. Sukowinadi; Dari Perisai Putih Bp.Maramis, Bp. Runtu, Bp. Sutedjo dan Bp. Himantoro; Dari Putera Betawi Bp.H. Saali; Dari Persaudaraan Setia Hati Bp. Mariyun Sudirohadiprodjo, Bp. Mashadi, Bp. Harsoyo dan Bp.H.M. Zain; Dari Persaudaraan Setia Hati Terate Bp. Januarno, Bp. Imam Suyitno dan Bp. Laksma Pamudji.
Atas jasa Bp. Tjokropranolo, kemudian berhasil diadakan pendekatan kepada 3 (tiga) pimpinan PPSI yang kebetulan satu corps yaitu Corps Polisi Militer, maka IPSI setuju berintegrasi pada IPSI, dan Sekretariat PB IPSI di Stadion Utama dijadikan juga sebagai Sekretariat PPSI.
PAda Kongres IPSI ke IV, Bp.H. Suhari Sapari, Ketua Harian PPSI datang ke Kongres dan menyatakan bahwa PPSI bergabung ke IPSI. Kedudukan beliau sebagai Ketua Bidang Seni kenudian digantikan oleh Bp. HMSTA Johny.
Pada waktu Bp. Tjokropranolo menyusun kepengurusan PB IPSI, banyak diantara tokoh-tokoh tersebut diatas bergabung menjadi anggota PB IPSI untuk bersama-sama meningkatkan kewibawaan, kemantapan manajemen, memperkuat rentang kendali PB IPSI sampai ke daerah-daerah.
Bapak Tjokropranolo juga merintis berdirinya Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa disingkat PERSILAT yang kemudian diperkuat oleh Bp.H. Eddie M.Nalapraya.
Perguruan Pencak Silat yang ikut memperjuangkan utuhnya IPSI tersebut pada Kongres IPSI ke IV/1973 ditetapkan sebagai 10 (sepuluh) Perguruan Pencak Silat yang dianggap memenuhi syarat sebagai Anggota IPSI Pusat. Jasa pemersatu IPSI sebagai ganti persyaratan anggota IPSI Pusat.
Dalam kurun waktu kepengurusan Bp.Tjokropranolo salah satu anggota IPSI Pusat mohon kepada Ketua Umum PB IPSI agar perguruannya dikeluarkan dari keanggotaannya di IPSI Pusat, karena merasa bahwa perguruannya tidak memenuhi persyaratan sebagai anggota IPSI Pusat, namun Bp. Tjokropranolo menjawab bahwa keanggitaan 10 (sepuluh) Perguruan Silat tersebut di IPSI Pusat tidak tergantung memenuhi syarat atau tidak ketentuan keanggotaan IPSI Pusat, melainkan bahwa 10 (sepuluh) Perguruan Silat tersebutlah yang telah berhasil bukan sekedar menyusun bahkan juga melaksanakan program-program IPSI secara konsisten dan berkesinambungan.
Pada tahun 1974 bulan November oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diselenggarakan Seminar Olah Raga Asli di Tugu, Cipanas sebagai langkah awal untuk memasukkan Pencak Silat disekolah, Penciptaan Senam Pagi seri A,B,C,D yang mengambil unsure gerakan Pencak Silat. Pencak Silat juga asudah berhasil masuk sebagai kurikulum disekolah. Akan tetapi ternyata IPSI dan anggotanya tidak mampu mensilabus dan kurikulum disekolah yang bersangkutan.
Pada waktu kepemimpinan Bp. Eddie M. Nalapraya nama kelompok 10 (sepuluh) Perguruan Silat anggota IPSI Pusat tersebut diubah menjadi “10 (sepuluh) Perguruan Historis“, setelah sebelumnya disebut sebagai “Top Organisasi“ juga “Perguruan Induk“ dan kemudian “Perguruan Anggota Khusus”, dimana keanggotaannya di IPSI Pusat menjadi anggota khusus. Di dalam setiap Munas IPSI maka Perguruan Historis ini selalu menjadi peserta dan memiliki hak suara didalam Munas.
Mengikuti pola keanggotaan tersebut, maka pada saat pendirian PERSILAT, diadakan pula sebutan “Negara Pendiri“ yang merupakan Negara-Negara yang pertama kali mendirikan PERSILAT, dan memiliki hak khusus, yakni memiliki hak untuk menempatkan personilnya sebagai President of PERSILAT (Ketua Umum PERSILAT) secara bergiliran diantara para Negara Pendiri tersebut.

maii. rosmawati